Pondok Pesantren At-Taqwa Depok mengadakan Tasyakkur 10 tahun Pesantren, juga pelepasan 15 lulusan santri SMA yang telah menyelesaikan penulisan skripsi dan diujikan oleh sejumlah guru.
Acara ini dihadiri oleh beberapa tokoh, salah satunya perwakilan Kementerian Agama Kota Depok H. Shalahuddin Al-Ayyubi. Menurutnya, Pesantren At-Taqwa dengan ketinggian budaya literasinya, layak menjadi pesantren ideal untuk Indonesia. Hal tersebut dikarenakan, At-Taqwa sudah memenuhi tiga fungsi utama pesantren, yaitu li diiniyyah (keagamaan), li ijtima’iyyah (kemasyarakatan), dan li tarbiyyah (pendidikan).
Pada kesempatan tersebut, Dr. Muhammad Ardiansyah, menceritakan perjalanannya dalam membangun Pesantren At-Taqwa. Ketika awal merintis, pesantren masih belum memiliki apa-apa, namun proses pendidikan sudah berjalan. “Yang terpenting dalam pendidikan adalah yang dipelajari dan siapa yang mengajarkan” ujarnya.
Selain dari Kementerian Agama, acara ini juga dihadiri anggota DPRD Jawa Barat, yaitu H. Ricky Kurniawan, Lc. Menurutnya, santri identik sebagai entitas kebaikan. Hal tersebut karena selama menimba ilmu di pesantren, seorang santri mendapatkan pendidikan adab. Pesantren juga berperan penting dalam mempertahankan Islam di Indonesia.
Bapak Ricky juga menjelaskan, bahwa “Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak, yaitu sekitar 15.000 lebih. Oleh karena itu, pesantren tidak dapat dipisahkan dari struktur masyarakat Jawa Barat.” Selain itu, ia juga memuji Pesantren At-Taqwa yang menawarkan budaya literasi, dan menjadi garda terdepan dalam menjaga akidah dan NKRI.
Setelah sambutan tersebut, acara dilanjutkan dengan atraksi bela diri syufu dan pemaparan oleh alumni Pesantren At-Taqwa, Fatih Madini. Ia menjelaskan bahwa agama Islam membangun budaya literasi yang beradab. Sejarah Islam dibangun oleh ilmu, dan budaya ilmu adalah pondasi peradaban. Ia mengutip perkataan Franz Rosenthal, yaitu “Ilmu itu Islam, dan orang Islam pasti berilmu.”
Selain itu, salah satu dosen ATCO, Dr. Akmal Syafril juga mengapresiasi santri At-Taqwa yang mampu menulis skripsi dengan baik. Dalam pandangannya, siswa setingkat SMA sudah harus mampu membuat penelitian dan menganalisis suatu hal. Ia juga senang karena diberikan amanah untuk menjadi pembimbing penulisan skripsi.
Acara wisuda ditutup oleh pemaparan dari pendiri Pesantren At-Taqwa, Dr. Adian Husaini. Ia menegaskan bahwa Pesantren At-Taqwa menerapkan pendidikan untuk membentuk budaya literasi tinggi dan beradab.
Hal tersebut diapresiasi oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, yang secara khusus memberikan ucapan selamat milad ke-10 Pesantren At-Taqwa Depok, melalui video singkat.
Menurut Mendikdasmen, Pesantren At-Taqwa Depok, bukan hanya mendalami ilmu-ilmu agama, tetapi juga membentuk budaya literasi. Para santri dididik senang membaca dan menulis. (*)
Reporter: Afkarmalik Hasan (Santri SMA At-Taqwa Depok, 16 Tahun)

Komentar