Sedikitnya 105 warga Palestina tewas, termasuk 32 pencari bantuan, saat Israel melanjutkan rencana merebut Kota Gaza.
Serangan militer Israel di Kota Gaza terus berlangsung tanpa henti, menewaskan lebih dari 50 warga Palestina, termasuk pencari bantuan, saat Israel berusaha menguasai pusat perkotaan terbesar di enklaf tersebut – rumah bagi sekitar 1 juta orang.
Sedikitnya 105 warga Palestina tewas di seluruh Gaza pada hari Selasa ketika serangan Israel meratakan wilayah padat penduduk, terutama di lingkungan al-Sabra yang telah diserang selama beberapa hari. Setidaknya 32 dari korban itu tewas saat mencari bantuan.
Serangan meningkat setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan Israel menghadapi “tahap penentuan” perang saat mempersiapkan perebutan Kota Gaza meski dikecam dunia.
“Warga Palestina saat ini terjebak di dalam sangkar di Kota Gaza, mencoba bertahan hidup dari serangan udara sebanyak mungkin. Ke mana pun mereka pergi, serangan udara mengikuti,” kata Hind Khoudary dari Al Jazeera.
“Mereka juga sekarat karena blokade makanan dan bantuan, karena tidak bisa mendapatkan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup,” tambahnya dari Deir el-Balah, Gaza tengah.
Warga Palestina berjuang menghadapi ancaman ganda: serangan langsung dan kelaparan, dengan sedikitnya 13 orang meninggal karena kelaparan dalam 24 jam terakhir, sehingga total korban kelaparan sejak perang dimulai mencapai 361. Delapan puluh tiga dari kematian itu terjadi sejak lembaga pemantau kelaparan global memastikan adanya kondisi kelaparan di Gaza pada 22 Agustus.
Di antara korban tewas pada Selasa ada sedikitnya 21 orang, termasuk tujuh anak, yang terkena serangan drone Israel saat mengantre air di daerah al-Mawasi dekat Khan Younis di Gaza selatan.
Gambar yang dipublikasikan juru bicara Pertahanan Sipil Palestina, Mahmoud Basal, menunjukkan jenazah anak-anak dan wadah air berlumuran darah di lokasi serangan, yang sebelumnya dinyatakan Israel sebagai “zona aman”.
“Mereka sedang mengantre untuk mengambil air … ketika pasukan pendudukan menargetkan mereka secara langsung, mengubah pencarian mereka akan kehidupan menjadi pembantaian baru,” kata Basal, Selasa.
Di Kota Gaza, serangan Israel ke rumah keluarga al-Af menewaskan 10 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut pejabat Gaza.
“Kejahatan ini memperlihatkan sifat fasis kriminal musuh,” kata Kantor Media Pemerintah Gaza dalam pernyataan, menuduh Washington terlibat. Tindakan Israel disebut sebagai “kejahatan perang menurut hukum internasional” dan mendesak Dewan Keamanan PBB menghentikan “genosida brutal” itu.
Dua jurnalis lagi, Rasmi Salem dari al-Manara dan Eman al-Zamli, tewas dalam serangan terbaru, sehingga total jurnalis yang terbunuh sejak 7 Oktober 2023 menjadi lebih dari 270. Perang di Gaza kini menjadi konflik paling mematikan bagi pekerja media yang pernah tercatat, kata lembaga pemantau pers.
Israel memulai serangan darat di Kota Gaza
Pada hari Selasa, ribuan pasukan cadangan Israel dipanggil saat upaya mengakhiri perang tampak terhenti.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan Hamas telah menerima usulan gencatan senjata, tetapi Israel belum memberikan tanggapan.
“Belum ada tanggapan Israel,” katanya, seraya menambahkan negosiasi dengan mediator dan Amerika Serikat terhenti. Ia memperingatkan bahwa rencana Israel untuk menduduki Gaza “mengancam semua pihak”, termasuk tawanan Israel.
Namun Israel memperketat pengepungan Kota Gaza dalam beberapa hari terakhir, bahkan melarang masuknya bantuan kemanusiaan terbatas.
Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Eyal Zamir, mengonfirmasi operasi darat semakin intensif. “Kami akan memperdalam operasi kami,” katanya kepada pasukan cadangan saat puluhan ribu tentara dipanggil. Media Israel melaporkan 365 tentara menolak melapor bertugas.
Perdana Menteri Netanyahu, yang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, mengatakan dalam pernyataan video Selasa bahwa “kami bekerja untuk mengalahkan Hamas.”
Gerakan Houthi di Yaman mengatakan pasukannya meluncurkan empat drone yang menargetkan markas Staf Umum Israel dekat Tel Aviv, Bandara Ben Gurion, sebuah pembangkit listrik, dan pelabuhan Ashdod, beberapa hari setelah Israel membunuh Perdana Menteri Yaman Ahmed al-Rahawi bersama pejabat tinggi di Sanaa.
Kelompok itu mengklaim drone mereka “berhasil mengenai target”. Mereka juga menyebutkan serangan rudal dan drone menghantam kapal kargo di Laut Merah karena melanggar larangan masuk ke pelabuhan Israel.
“Ketidakpedulian” internasional terhadap Palestina
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Palestina menyambut baik keputusan Belgia mengakui Negara Palestina pada Selasa dan mendesak negara lain mengikuti langkah tersebut, dengan mengatakan bahwa itu “sesuai hukum internasional dan resolusi PBB” serta perlu untuk menghentikan “genosida, pengusiran, kelaparan, dan aneksasi”.
Dalam pernyataan terpisah, kementerian itu menuduh masyarakat internasional menunjukkan ketidakpedulian yang “mengkhawatirkan” terhadap runtuhnya ekonomi Gaza dan penyitaan pendapatan pajak Palestina oleh Israel. Mereka menyerukan dukungan keuangan mendesak untuk “meningkatkan ketahanan warga dan keteguhan mereka di tanah airnya.” II Al Jazeera

Komentar