PADA 31 Mei 2025 seluruh anggota pelopor Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah melakukan pemilihan secara e-voting Anggota Majelis Syura baru untuk periode 2025-2030. Pada proses ini terpilih 66 Anggota Menulis Syuro yang kemudian bersidang pada Musyawarah I Majelis Syura dengan agenda utama menetapkan Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP) PKS periode 2025-2030. Anggota Majelis Syuro PKS periode 2025-2030 berasal dari berbagai daerah di seluruh penjuru Indonesia yang mendapatkan mandat.
Hasil Musyawarah I Majelis Syura PKS periode 2025-2030 yang dilaksanakan pada Selasa-Rabu, 3-4 Juni 2025 menetapkan secara musyawarah mufakat H. Mohamad Sohibul Iman, Ph.D. sebagai Ketua Majelis Syura PKS dan Dr. H. Almuzzammil Yusuf sebagai Presiden PKS terpilih untuk periode 2025-2030. Musyawarah Majelis Syuro juga memandatkan kepada Presiden PKS untuk memilih Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Kepala Kantor Staf Presiden (KKSP) PKS sesuai kebutuhan dan standar kualifikasi PKS.
Lalu, pada Kamis 5 Mei 2025, Presiden PKS dalam konferensi pers mengumumkan struktur DPTP PKS lebih lengkap yaitu H. Ahmad Syaikhu, H. Suharna Surapranata, MT, dan H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid sebagai Wakil Ketua Majelis Syuro, serta Dr. Ir. H Suswono, MMA sebagai Sekretaris Majelis Syura. Berikutnya, Dr. H. Mulyanto, M.Eng. sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP), Dr. KH. Muslih Abdul Karim, MA. sebagai Ketua Dewan Syariah, Muhammad Kholid, SE., M.Si. sebagai Sekretaris Jenderal, Noerhadi, S.Pd., MA. sebagai Bendahara Umum dan Pipin Sopian sebagai Kepala Kantor Staf Presiden (KKSP) PKS.
Pada saat konferensi pers Presiden PKS menyampaikan tiga poin penting yaitu (1) komitmen pada pelibatan politisi muda dalam struktur PKS di berbagai level. (2) komitmen pada nilai bersih, peduli dan profesional baik pada lebel internal PKS maupun di lembaga pemerintahan. (3) komitmen pada pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto dalam konteks kebijakan yang berpijak pada kepentingan rakyat, bangsa dan negara yang berdampak nyata bagi upaya pencerdasan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan melindungi segenap bangsa serta turut serta dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Pertama, membuka ruang lebih luas bagi elemen muda dalam struktur kepengurusan partai. Ditunjuknya tiga politisi muda di jajaran DPTP seperti Sekjend, Bendum dan KKSP PKS sejatinya mencerminkan komitmen PKS dalam melanjutkan regenerasi kepemimpinan yang progresif dan berbasis meritokrasi. PKS menegaskan tekadnya untuk menjadi partai yang terus responsif terhadap aspirasi kalangan muda dan berbagai kalangan serta siap berkontribusi secara strategis dalam membangun Indonesia yang adil, inklusif, dan bermartabat.
Secara khusus, komitmen PKS pada anak muda Indonesia bakal diuji oleh kesungguhan dan praktik lanjutan yang lebih konkret, misalnya, memperbanyak politisi muda dalam struktur partai sekaligus membuka ruang yang lebih pada mereka untuk berekspresi. Komitmen tersebut juga akan teruji manakala PKS berani menempatkan politisi muda PKS sebagai penentu kebijakan PKS di semua level kebijakan dan struktur sesuai aturan yang berlaku di internal PKS. Di samping membuka ruang bagi anak-anak muda Indonesia untuk bergabung dengan PKS tanpa sekat primordial tertentu yang cenderung eksklusif.
Kedua, berkomitmen untuk meneguhkan nilai bersih, peduli dan profesional. Komitmen PKS untuk menjadi partai yang bersih bakal teruji manakala politisi dan kader PKS tidak terlibat berbagai kasus pelanggaran hukum seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), tindakan amoral seperti terlibat kasus narkoba, minuman keras dan asusila. Di samping bersikap dan pro pada pola hidup sederhana sekaligus penghematan anggaran dalam berbagai kegiatan. Pejabat dan politisi PKS harus merakyat, bukan dalam kata tapi terutama dalam tindakan dan sikap nyata.
Di samping itu, komitmen PKS untuk semakin peduli teruji oleh kepedulian yang lebih giat PKS pada kepentingan masyarakat yang terpapar kemiskinan, keterbelakangan dan pengangguran. Terutama sebagai dampak kebijakan pemerintah yang perlu penguatan sekaligus kritik konstruktif dari koalisi dan lembaga legislatif (DPR). Selebihnya, profesionalitas PKS akan teruji oleh keberanian untuk transparan, akuntabilitas dan berbasis pada sistem yang kokoh serta menegakkan aturan partai secara adil dan objektif yang berlaku untuk semua tanpa pandang bulu.
Ketiga, berkomitmen untuk menjadi mitra koalisi yang konstruktif dan kritis pada pemerintah Kabinet Merah – Putih. Komitmen PKS untuk mendukung pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto akan teruji manakala PKS selalu menyampaikan gagasan sekaligus suara kritik yang berdampak baik bagi kebijakan pemerintah dalam sektor apapun. Kesetujuan PKS pada kebijakan pemerintah didasari oleh kajian mendalam dan gagasan jenial untuk kemajuan bangsa dan negara. Bukan sekadar asal beda, agar penguasa senang dan atau mendapat jatah kursi di kabinet atau yang lainnya.
PKS telah melaksanakan proses pemilihan umum dengan secara e-voting seperti yang telah dilaksanakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah. Model pemilihan semacam ini berdampak pada penghematan anggaran, memudahkan para pemilih yang berhak untuk melakukan pemilihan sesuai dengan hati nuraninya dan tentu saja hasilnya dapat diketahui dengan cepat dan akurat. Kejujuran dan integritas para panitia pemilihan merupakan kunci utama keberhasilan cara tersebut. Bila di partai politik dan Ormas keagamaan sukses menggunakan e-voting, maka sangat mungkin pilpres, pileg dan pilkada ke depan menggunakan e-voting.
Dalam konteks publik, ada baiknya kepengurusan PKS periode baru ini menyambung dan mengokohkan silaturahim dengan pengurus Partai Gelora yang saat ini dipimpin oleh Anies Matta, Lc. Wakil Menteri Luar Negeri ini merupakan mantan Sekjend sekaligus mantan Presiden PKS. Berbagai riak dan suara miring perihal dinginnya hubungan baik antar elite PKS dan Gelora perlu disudahi. Pengalaman puluhan tahun bersama dalam rahim “Tarbiyah” harus menjadi pengingat kuat dan kolektif akan terbukanya ruang untuk berkolaborasi dan saling menguatkan dalam mewujudkan visi dan misi besar: Indonesia adil, makmur, sejahtera dan bermartabat serta mendunia! (*)
Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Membaca Politik Dari Titik Nol”

Komentar