Hafal Qur’an itu jadi impian banyak orang. Siapa yang tidak bangga, 30 juz itu bisa dihafal luar kepala. Hafal satu Qur’an itu setara dengan hafal buku sebanyak 20 halaman dikali 30 sama dengan 600-an halaman. Tidak ada orang hafal buku setebal 600 halaman. Tapi ketika itu mushaf Qur’an, yang hafal ada ribuan orang. Mungkin lebih dari itu kalau seluruh dunia.
Bayangkan, hafal Qur’an Itu berarti hafal 6.236 ayatnya. Padahal secara keseluruhan di masa turunnya saja butuh waktu selama 23 tahun lamanya. Kalau bisa sampai dihafal semua, tentu keren sekali.
Tapi . . .
* * *
Hafal 30 juz Qur’an itu juga otomatis punya punya resiko dan tantangan yang besar sekali. Yang paling utama adalah tantangan melawan lupa. Lupa hafalan itu biasa, yang penting sering murojaah. Tapi masalahnya, murojaah itu tidak boleh libur apalagi berhenti total. Murojaah itu seharusnya seumur hidup tanpa henti.
Tapi memang justru di bagian murojaahnya itulah masalah paling intinya. Buat sebagian orang, sekedar ngebut menghafal 30 juz mungkin tidak terlalu sulit, apalagi pas lagi semangat. Banyak santri yang bisa selesaikan hafalan 30 juz hanya dalam 2 atau 3 tahun saja. Tapi bagaimana caranya biar hafalan itu tidak hilang, itu cerita yang berbeda. Oleh karena itu orang yang mengaku sebagai al-hafiz itu hidupnya penuh ancaman, bahwa gelarnya itu akan segera hilang.
Begitu dia lupa hafalan, atau tersendat-sendat, tidak lancar, akibat jarang murojaah, maka status sebagai penghafal Qur’an mulai dipertanyakan. Ngakunya hafal Qur’an ternyata tidak hafal. Ngakunya sudah 30 juz, ternyata banyak yang berantakan. Sekali saja kita mengaku sebagai penghafal Al-Qur’an, maka untuk seterusnya kita wajib murojaah tanpa henti seumur hidup.
* * *
Selain tantangan lupa hafalan, masih ada tantangan lainnya yaitu : tidak paham apa yang dihafal. Padahal seluruh ayat Qur’an itu berisi pesan-pesan penting langsung dari Allah SWT. Terbayang bagaimana marahnya Allah SWT yang telah bicara kepada kita, lalu semua yang Allah katakan hanya kita ulang-ulang dan kita hafal saja.
Tapi semua yang Dia katakan itu malah tidak kita pahami isi pesannya.
Ini maksudnya gimana? Mau ngeledek atau mempermainkan firman Allah SWT?
Memang tidak ada ayat yang secara langsung mencerca pelakunya. Tapi ketika dulu orang Yahudi melakukannya terhadap Taurat, maka Allah SWT memaki mereka dengan sebutan : KELEDAI!!!
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. (QS. Al-Jumuah :5)

Komentar