Sastra dan Budaya
Beranda » Tetaplah Membaca Buku Untuk Mencegah Alzheimer

Tetaplah Membaca Buku Untuk Mencegah Alzheimer

Membaca buku dan majalah, menulis, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang merangsang mental lainnya, berapa pun usia Anda, itu dapat membantu menjaga daya ingat dan kemampuan berpikir tetap utuh, demikian menurut penelitian terbaru. Temuan ini menambah bukti yang tengah berkembang bahwa tantangan mental seperti membaca dan mengerjakan teka-teki silang itu dapat membantu menjaga kesehatan otak serta mencegah gejala Alzheimer di usia tua.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa melatih otak Anda dengan mengambil bagian dalam kegiatan seperti ini di sepanjang hidup, mulai dari semenjak masa kanak-kanak hingga usia lanjut, itu penting bagi kesehatan otak di usia tua,” kata penulis yang melakukan penelitian tersebut, yaitu Robert S. Wilson, di Rush University Medical Center di Chicago. Temuan dari penelitian ini diterbitkan di Neurology, jurnal medis American Academy of Neurology.

Penelitian ini mengamati sebagian peserta dalam “Rush Memory and Aging Project” yang berskala besar dan sedang berlangsung, yang mengamati lelaki dan perempuan selama bertahun-tahun untuk mencari petunjuk mengenai Alzheimer dan bentuk demensia lainnya. Untuk penelitian ini, para peneliti mengamati dengan seksama 294 lelaki dan perempuan lanjut usia, sebagian besar berusia 80-an, yang diberi tes memori dan pemikiran setiap tahunnya di tahun-tahun terakhir kehidupan mereka.

Para peserta penelitian juga mengisi kuesioner tentang seberapa sering mereka melakukan kegiatan yang merangsang mental, seperti membaca buku, mengunjungi perpustakaan, atau menulis surat. Mereka ditanyai tentang seberapa sering mereka berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut selama masa kanak-kanak, di masa dewasa muda, di masa paruh baya, dan sebagai manula dalam kehidupan mereka saat ini.

Setelah mereka meninggal, pada usia rata-rata 89 tahun, otak mereka diperiksa pada saat otopsi untuk mencari bukti tanda-tanda fisik demensia, termasuk plak otak dan kekusutan penyakit Alzheimer.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang paling sering berpartisipasi dalam kegiatan yang menantang mental, baik di awal maupun di akhir kehidupannya, itu memiliki tingkat penurunan daya ingat yang lebih lambat dibandingkan dengan mereka yang tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Bahkan ketika orang memiliki plak dan kekusutan serta tanda-tanda kerusakan lain pada otak mereka, stimulasi mental tampaknya membantu melindungi daya ingat dan keterampilan berpikir, menyumbangkan sekitar 14 persen dari perbedaan penurunan di luar dari apa yang diharapkan.

“Berdasarkan hasil penelitian ini, kita tidak boleh meremehkan dampak dari kegiatan sehari-hari, seperti membaca dan menulis, terhadap anak-anak kita, diri kita sendiri, dan orang tua atau kakek-nenek kita,” kata Dr. Wilson.

Temuan ini mendukung sesuatu yang disebut sebagai hipotesis cadangan kognitif dari fungsi mental. Menurut teori ini, berbagai tugas yang menantang secara mental itu membantu mempertahankan serta membangun sel-sel otak dan koneksi antar sel-sel otak. Di kemudian hari, koneksi-koneksi ini membantu mengimbangi kerusakan pada otak yang disebabkan oleh Alzheimer dan demensia — atau yang disebabkan hanya karena usia lanjut — sehingga membantu mempertahankan daya ingat dan keterampilan berpikir.

Penelitian lainnya telah menunjukkan bukti bahwa tugas-tugas yang menantang secara mental itu dapat membantu membangun sel-sel dan koneksi otak. Para peneliti telah mendokumentasikan peningkatan volume otak di antara orang-orang yang terlibat dalam beragam aktivitas kognitif seperti belajar untuk ujian medis, magang sebagai sopir taksi London, menguraikan kata-kata yang dicerminkan atau kode Morse, mempelajari nama-nama warna baru, serta melakukan permainan asah otak.

Hasil penelitian saat ini meningkatkan kemungkinan menarik bahwa kita dapat mengambil tindakan untuk membantu membendung penurunan demensia, bahkan di usia 70-an, 80-an dan seterusnya. Studi ini menemukan bahwa tingkat penurunan berkurang 32 persen pada orang yang sering melakukan aktivitas mental di usia lanjut, dibandingkan dengan orang yang memiliki jumlah stimulasi mental yang biasa-biasa saja. Sebaliknya, laju penurunan pada mereka yang jarang beraktivitas itu 48 persen lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang memiliki jumlah tantangan mental rata-rata.

“Temuan ini berpotensi menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan oleh kita semua dari waktu ke waktu — bisakah kita melakukan sesuatu untuk memperlambat penurunan kognitif di usia lanjut,” tulis para penulis editorial yang menyertai penelitian ini. “Hasilnya menunjukkan ya,” lanjut mereka. “Bacalah lebih banyak buku, tulislah lebih banyak, dan lakukan aktivitas yang membuat otak Anda sibuk, berapa pun usia Anda.”

Mereka mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan pada kelompok orang yang lebih besar untuk menentukan bagaimana, dan apakah, stimulasi mental dapat melindungi otak. Namun, mereka menyimpulkan, “Sampai saat itu tiba, saran terbaiknya sederhana: ‘Pikiran yang tetap sibuk itu tak lain untuk mencegah demensia.’”

Oleh ALZinfo.org, The Alzheimer’s Information Site. Diulas oleh William J. Netzer, Ph.D., Fisher Center for Alzheimer’s Research Foundation yang berada di The Rockefeller University.

Sumber: Robert S. Wilson PhD, Patricia A. Boyle PhD, Lei Yu, PhD, et al: “Life-span Cognitive Activity, Neuropathologic Burden, and Cognitive Aging.” Neurology, Vol. 81. 2013.

Prashanthi Vemuri, PhD, Elizabeth C. Mormino, PhD: “Cognitive Stimulating Activities to Keep Dementia at Bay.” Neurology, Vol 81. 2013

Diterjemahkan dari https://www.alzinfo.org/articles/reading-alzheimers-bay/ oleh Alfathri Adlin

Berita Terbaru

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *