Dunia Islam
Beranda » Ingin Tahu Capaian Revolusi Iran? Buku Ini Bisa Jelaskan

Ingin Tahu Capaian Revolusi Iran? Buku Ini Bisa Jelaskan

Bagi para netizen yang mau tahu apa capaian Revolusi Islam Iran berikut ada rujukan buku yang dapat membuat kita memahami cakrawala literasi lebih jauh.

Rujukan pengetahuan ini bisa memberi kita informasi melampaui informasi cupet yang pikirannya didengkul dari orang-orang yang sudah lama nggak pernah baca lagi literasi bergizi, dan hanya mengandalkan info share2an yang merusak kita punya akal sehat. Pandangan mereka yang sejatinya hanyalan antek/gedibal/ minion dari rezime Zhionhis yang tidak suka kalau kita berpikir dan bersikap adil!

Review Buku A Social Revolution: Politics and the Welfare State in Iran oleh Kevan Harris (2017)

Kevan Harris dalam bukunya A Social Revolution: Politics and the Welfare State in Iran (University of California Press, 2017) menyajikan sebuah studi komprehensif mengenai perkembangan negara kesejahteraan (welfare state) di Iran pasca-Revolusi 1979. Harris, seorang sosiolog politik, menolak narasi dominan yang menggambarkan negara Iran semata-mata sebagai teokrasi otoriter atau “negara gagal.” Sebaliknya, ia memperlihatkan bagaimana Revolusi Islam menciptakan struktur-struktur sosial baru, termasuk institusi kesejahteraan yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat.

Melalui pendekatan empiris berbasis data lapangan dan arsip kelembagaan (termasuk wawancara dan data statistik jangka panjang), Harris berargumen bahwa Revolusi Islam bukan sekadar momen perubahan elite, melainkan menghasilkan transformasi institusional dan sosial yang mendalam.

Capaian Welfare State Iran (Pasca-1979)

Pendidikan
• Akses dan ekspansi nasional: Setelah revolusi, Iran mengalami ekspansi besar dalam sistem pendidikan. Negara memperluas akses pendidikan hingga ke desa-desa terpencil. Program nasionalisasi sistem pendidikan dan pembangunan sekolah secara massif dilakukan oleh negara dan lembaga-lembaga semi-negara seperti bonyads.
• Literasi meningkat drastis: Tingkat melek huruf yang sebelum revolusi masih relatif rendah (sekitar 47% tahun 1976), melonjak menjadi lebih dari 85% pada 2000-an, terutama karena program literasi dewasa dan pendidikan dasar universal.
• Universalisasi pendidikan dasar: Iran secara bertahap menerapkan kebijakan pendidikan dasar gratis dan wajib. Hal ini diperkuat dengan sistem perekrutan guru dan distribusi sekolah ke wilayah rural, hasil dari prioritas ideologis revolusioner terhadap “keadilan sosial.”

Kesehatan
• Ekspansi layanan kesehatan primer: Iran membangun jaringan health houses (rumah kesehatan) di desa-desa, memberikan layanan dasar termasuk imunisasi, perawatan ibu dan anak, serta program gizi. Sistem ini secara progresif dikembangkan melalui pendekatan berbasis komunitas.
• Kematian bayi menurun signifikan: Hasilnya, indikator kesehatan utama seperti angka kematian bayi (infant mortality rate) dan angka kematian ibu (maternal mortality) menunjukkan penurunan tajam dari era pra-revolusi.
• Asuransi kesehatan publik: Pemerintah memperkenalkan berbagai skema asuransi kesehatan, termasuk cakupan untuk pegawai negeri, petani, dan bahkan wiraswasta melalui Social Security Organization dan Imam Khomeini Relief Foundation.

Pemajuan Partisipasi Perempuan

Pendidikan Perempuan
• Lonjakan partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi: Meskipun terjadi Islamisasi kurikulum dan pemisahan gender di sekolah, partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi mengalami lonjakan. Pada 2000-an, perempuan mencakup lebih dari 60% mahasiswa universitas.
• Inklusivitas spasial: Negara menciptakan peluang bagi perempuan dari wilayah rural untuk mengakses pendidikan tinggi melalui kebijakan kuota lokal, universitas cabang daerah, dan universitas jarak jauh (seperti Payame Noor University).

Kesehatan Perempuan
• Layanan kesehatan maternal dan reproduktif: Sistem kesehatan menyediakan layanan ibu dan anak yang meluas, termasuk program keluarga berencana. Ini menghasilkan keberhasilan dalam pengendalian angka kelahiran dan kesehatan ibu.
• Indeks pembangunan gender meningkat: Harris menunjukkan bahwa walaupun partisipasi ekonomi perempuan tetap terbatas, peningkatan signifikan dalam pendidikan dan kesehatan memperkuat modal sosial mereka.

Politik dan Advokasi
• Perempuan sebagai agen dalam birokrasi dan masyarakat sipil: Banyak perempuan menjadi aktor aktif dalam sistem kesejahteraan negara, misalnya sebagai guru, petugas kesehatan, atau pekerja sosial dalam jaringan bonyads dan institusi lokal.
• Kemunculan jaringan sosial baru: Struktur negara kesejahteraan ini justru memberi ruang terbatas namun nyata bagi pembentukan solidaritas dan jaringan sosial baru, termasuk di antara perempuan kelas bawah dan menengah.

Kevan Harris memperlihatkan bahwa Revolusi Iran menghasilkan “revolusi sosial” dalam arti literal—mengubah struktur distribusi kesejahteraan, partisipasi politik, dan bentuk relasi negara-masyarakat. Negara kesejahteraan pasca-1979 bukan sekadar alat kooptasi rezim, tapi juga menjadi arena politik sosial baru.

Poin-poin penting:
• Institusi kesejahteraan Iran memiliki kapasitas riil untuk redistribusi sumber daya, meskipun dibalut dengan ideologi Islam.
• Reformasi pendidikan dan kesehatan berperan kunci dalam mobilitas sosial, termasuk bagi perempuan.
• Paradoks terjadi: Islamisasi negara justru menciptakan kondisi bagi artikulasi tuntutan sosial baru, termasuk dari kelompok yang sebelumnya terpinggirkan.

Buku ini penting untuk memahami bahwa welfare state bisa muncul di luar kerangka negara liberal-demokratis. Ia juga menggambarkan bagaimana kebijakan redistributif dapat berjalan bahkan dalam rezim yang otoriter, jika didorong oleh konsensus ideologis dan kapasitas institusional.

Semua ini terjadi pada era Revolusi Iran dengan tekanan ekonomi-politik embargo dari berbagai negara imperialis!

Airlangga Pribadi. Dosen dan Penulis.

Berita Terkait

Berita Terbaru

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *