Dunia Islam
Beranda » Fase “Melelahkan” Perjuangan Palestina

Fase “Melelahkan” Perjuangan Palestina

Arab Springs, disebut sebagai fase penuh harapan perjuangan rakyat Palestina, setelah perjanjian Oslo dikerdilkan Israwel yang didukung Barat (AS). Namun ternyata, Arab Springs menjadi akhir dari eksistensi “pergerakan kemasyarakatan” yang dikomando oleh jamaah Ikhwanul Muslimin.

Di sisi lain, tabir jamaah madkhaliyyah dan semisalnya, yang pada awalnya bersembunyi di balik topeng “purifikasi ajaran Islam”, sehingga klaim “Sunnah” atau klaim kemurnian, menjadi monopoli pihak mereka. Lalu secara membabi buta, menggerakkan roda: takfir, tajrih, atau tahzir kepada setiap Muslim yang dipandang beda haluan. Termasuk paling rajin menyerang Harakah Muaqawamah Islamiyyah di Gaza.

Kini terkuak, hubungan erat antara faksi madkhaliyyah dan yang sejenisnya dengan kalangan zionis. Sebenarnya sejak 2011, sudah terungkap ketika Sekjen Partai AnNur AsSalafy Mesir, mendapatkan beasiswa ke Oxford dari mantan Menlu Israwel, Levni. Lalu pembunuhan anggota H***S di Dubai dan beberapa negara Timur Tengah.

Puncaknya adalah, aksi heroik “Badai Al-Aqsha” yang mengagetkan Israwel dan dunia Barat. Ternyata riak kebangkitan perlawanan rakyat Palestina, menghentak arogansi Israwel. Di saat, jamaah madkhaliyyah, sibuk dengan praktik hedon: orientasi perut dan di bawah perut, abai dengan spirit Al-Quran dan Sunnah yang terejawantahkan dalam Maqashid Syariah.

Tentu mudah ditebak, tak satupun negeri-negeri Arab yang menyalahkan Israwel atas genosida terhadap rakyat Palestina dan Gaza, yang dilakukan sejak 1948 dan sebelumnya. Hampir 17 negara, mempermasalahkan kebangkitan perlawanan H***S , tentu sebelumnya disebar fatwa-fatwa aneh bin nyeleneh dari kaum hedon madkhliy.

Di saat warga dunia yang non Muslim berjibaku mengkritik pemerintah mereka, agar bergerak dan bertindak terhadap Israwel. Di dunia Arab, yang terjadi sebaliknya: mendorong normalisasi hubungan dengan Israwel, membuka jalur udara-laut-darat-perdagangan-militer, lalu tutup mata dan telinga atas pembantaian yang terjadi. Dunia yang non Muslim, lebih manusiawi dibanding para pengklaim pemurniaan.

Itulah tanda-tanda akhir zaman yang telah dinubuwwahkan oleh Baginda Rasulullah: Tahun-tahun penuh tipu daya. Hadisnya dikaji lengkap dengan jarh wat ta’dil, namun perilaku kebalikannya yang dikerjakan. Dus menuduh yang melawan Israwel, sebagai kalangan yang tidak menghormati Bani Israil.

Bagi rakyat Gaza dan perlawanan kemerdekaan Palestina, terbukanya tabir jahiliyah modern di dunia Arab, dipandang sebagai fase: ibtila (ujian kesungguhan dalam perjuangan membela Kiblat pertama umat Islam) dan tamhish (pemurniaan siapa yang sesungguhnya yang sejalan dengan tembok ratapan atau yang seirama dengan fitrah kemanusiaan).

Hal ini yang dikatakan Syaikh Asy-Sya’rawi rahimahullah:
بين كل خير وخير مسافة مرهقة تُسمي الابتلاء مليئه بالأجر لمن يصبر ويحتسب
“Antara satu kebaikan menuju kebaikan, ada satu fase yang melelahkan, itulah yang disebut fase ujian. Fase yang dipenuhi dengan pahala kebaikan, bagi siapapun yang bersabar dan hanya berharap pertolongan dari Allah Ta’ala.”

So, bagi rakyat Gaza dan gerakan perlawanan H***S, mereka sedang berada di fase kebaikan dalam proses jihad melawan penjajah, menuju kebaikan yang lain: syahid atau meraih kemenangan. Sedangkan bagi kalangan hedonis madkhali, inilah fase terburuk, ketika Allah Ta’ala membuka tabir-tabir jahiliyah modern yang dibalut asholah.

Nandang Burhanudin

Berita Terkait

Berita Terbaru

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *