Dunia Islam
Beranda » Israel Menyerang Pemimpin Hamas di Qatar

Israel Menyerang Pemimpin Hamas di Qatar

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam serangan ‘kriminal’ Israel, mengutuknya ‘dengan sekeras-kerasnya’.

Militer Israel mengatakan ledakan yang terlihat dan terdengar di ibu kota Qatar, Doha, merupakan hasil dari upaya pembunuhan terhadap para pemimpin Hamas.

Serangan pada hari Selasa itu adalah yang pertama kali dilakukan Israel di Qatar, negara yang menjadi mediator penting dalam pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas sekaligus menjadi tuan rumah pangkalan militer terbesar Amerika Serikat di kawasan, Pangkalan Udair Al Udeid, yang menampung pasukan AS.

Hamas: Tim negosiator jadi target

Sumber Hamas mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan di Doha menargetkan tim negosiator Hamas. Serangan itu terjadi ketika para negosiator tengah bertemu untuk membahas proposal gencatan senjata terbaru yang diajukan AS.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan kepemimpinannya selamat dari upaya pembunuhan Israel di ibu kota Qatar, tetapi sedikitnya enam orang tewas dalam pengeboman itu, termasuk putra dan seorang ajudan pemimpin Hamas Khalil al-Hayya.

Militer Israel merilis pernyataan bahwa pihaknya bersama dinas intelijen Shin Bet “baru-baru ini melakukan serangan terarah terhadap pimpinan tertinggi organisasi teroris Hamas”.

“Para pemimpin yang diserang telah memimpin aktivitas organisasi teroris selama bertahun-tahun, dan secara langsung bertanggung jawab atas pelaksanaan pembantaian 7 Oktober serta perang melawan Negara Israel,” lanjut pernyataan itu, merujuk pada serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023.

Israel menegaskan sebelum serangan dilakukan, “telah diambil langkah-langkah untuk meminimalisir kerugian terhadap warga sipil, termasuk penggunaan senjata presisi dan tambahan informasi intelijen.”

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga merilis pernyataan bahwa tindakan “melawan pimpinan teroris Hamas ini sepenuhnya merupakan operasi independen Israel”.

“Israel yang memulai, Israel yang melaksanakan, dan Israel bertanggung jawab penuh,” bunyi pernyataan itu______________

Rekam jejak pembunuhan Israel

Dalam dua tahun terakhir, Israel telah membunuh banyak pemimpin militer dan politik Hamas, termasuk pemimpin politik Yahya Sinwar; komandan militer Mohammed Deif, salah satu pendiri Brigade Qassam pada 1990-an; dan pemimpin politik Ismail Haniyeh, yang dibunuh di ibu kota Iran, Teheran.

Kementerian Dalam Negeri Qatar mengatakan serangan tersebut mengakibatkan “gugurnya Kopral Bader Saad Mohammed Al-Humaidi Al-Dosari, anggota Pasukan Keamanan Dalam Negeri (Lekhwiya), saat menjalankan tugasnya di lokasi yang menjadi target.” Beberapa personel keamanan lainnya juga terluka.

Kecaman keras Qatar

Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, mengecam serangan “kriminal sembrono” Israel di Doha dalam percakapan telepon dengan Presiden AS Donald Trump.

Serangan itu, katanya, merupakan “pelanggaran nyata terhadap kedaulatan dan keamanan Qatar, serta pelanggaran jelas terhadap aturan dan prinsip hukum internasional.”

Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyebut serangan itu sebagai “terorisme negara”. Ia menegaskan Israel harus dimintai pertanggungjawaban, termasuk melalui pembentukan tim hukum untuk menggugat Israel.

“Ini adalah titik balik bagi seluruh kawasan untuk memberikan respons terhadap perilaku barbar semacam ini,” katanya.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, menyatakan serangan ini merupakan “serangan kriminal yang jelas-jelas melanggar seluruh hukum dan norma internasional, serta ancaman serius bagi keamanan warga dan penduduk Qatar.”

Kementerian Dalam Negeri Qatar kemudian menegaskan situasi di Doha aman, dengan tim khusus bekerja di lokasi serangan.

Kecaman internasional

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, juga mengecam serangan Israel sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Qatar.”

Ia menambahkan bahwa Qatar telah memainkan peran positif dalam mendorong gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera yang ditahan Hamas.

“Semua pihak harus bekerja menuju tercapainya gencatan senjata permanen, bukan malah menghancurkannya,” ujarnya.

Negara-negara Teluk dan sejumlah negara Arab lainnya juga mengeluarkan pernyataan keras mengecam serangan itu.

Situasi di lapangan

Dari Doha, koresponden Al Jazeera Charles Stratford melaporkan bahwa serangan itu mengejutkan, karena Qatar dikenal sebagai negara yang aman dan stabil. Serangan terjadi di kawasan permukiman yang tenang, dekat dengan banyak kedutaan asing.

“Asap ledakan terdengar di seluruh kota… Banyak orang yang sangat gugup dan khawatir di seluruh negeri saat ini,” katanya.

Sementara itu, Suhaib Al-Assa, koresponden Al Jazeera berbahasa Arab, melaporkan bahwa aparat keamanan memprioritaskan pengamanan lokasi serta pencarian korban dan kerusakan.

Seorang profesor di Universitas Hamad Bin Khalifa Doha, Sultan Barakat, mengatakan ledakan itu akan semakin memperkuat reputasi Israel sebagai negara paria internasional yang bertindak di luar norma.

“Ini lebih seperti perilaku mafia, bukan sebuah negara yang menjalankan diplomasi,” ujarnya.

AS dan Israel

Gedung Putih belum mengeluarkan pernyataan resmi. Namun, sebelumnya Presiden AS Donald Trump di media sosial memberikan ultimatum kepada Hamas agar menerima syarat gencatan senjata yang menurutnya telah disetujui Israel.

Serangan di Doha terjadi kurang dari dua minggu setelah Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, berjanji akan memburu pemimpin Hamas di mana pun mereka berada.

“Kebanyakan pimpinan Hamas berada di luar negeri, dan kami akan menjangkau mereka juga,” katanya pada 31 Agustus.

Koresponden Al Jazeera Nida Ibrahim menilai serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Doha, tempat berlangsungnya perundingan gencatan senjata, menunjukkan bagaimana Israel kini semakin “percaya diri karena bisa melakukan genosida dan lolos dari hukuman.”

Analisis politik

Analis politik senior Al Jazeera, Marwan Bishara, mengatakan serangan itu “tidak hanya mengejutkan” tetapi juga “tindakan menjijikkan ala mafia” karena menyasar upaya diplomasi.

“Ini perilaku geng, perilaku mafia. Ini bukan negara yang terlibat diplomasi dan negosiasi. Israel tampaknya bertekad memecahkan preseden setiap hari,” ujarnya. II Al Jazeera

Berita Terkait

Berita Terbaru

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *