Siak – Tim dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) Kampus Kabupaten Siak melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang inovatif, yaitu pemanfaatan limbah cangkang kelapa sawit menjadi biobriket sebagai sumber energi alternatif untuk pemanas kandang ayam broiler (ayam ras pedaging). Program ini dijalankan di Desa Lubuk Tilan, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, bekerja sama dengan peternakan ayam milik Bapak Joko Susilo yang memiliki kapasitas kandang mencapai 20.000 ekor ayam.
Kegiatan PKM ini dipimpin oleh Meyci Trisna, M. Sc., dosen Program Studi D3 Teknik Kimia PSDKU Kabupaten Siak, dengan anggota tim Anjar Siti Mashitoh, S.T., M.Eng. (Program Studi D3 Teknik Kimia PSDKU Kabupaten Siak) dan Ir. Toni Okviyanto, S.T., M.T., IPP. (D4 Teknik Mesin Produksi dan Perawatan PSDKU Kabupaten Siak). Program ini juga melibatkan mahasiswa dari kedua program studi untuk mendukung implementasi teknologi sekaligus menambah pengalaman belajar langsung di lapangan.
Latar Belakang Masalah Peternak
Peternakan ayam broiler merupakan salah satu sektor penting penyedia protein hewani masyarakat Indonesia. Namun, keberhasilan usaha ini sangat dipengaruhi oleh manajemen kandang, khususnya suhu dan kelembapan. Anak ayam (DOC – Day Old Chick) membutuhkan kondisi suhu tertentu untuk bisa bertahan hidup dan tumbuh optimal. Pada usia 0–3 hari, suhu kandang harus stabil di kisaran 32–35 °C, sedangkan usia 4–10 hari perlu dijaga pada 29–34 °C. Jika suhu terlalu dingin atau panas, anak ayam mudah stres dan berisiko tinggi mengalami kematian.
Menurut Bapak Joko Susilo, pemilik peternakan, kendala utama yang selama ini dihadapi adalah tingginya angka kematian anak ayam pada minggu pertama pemeliharaan. “Rata-rata setiap hari ada belasan ekor anak ayam yang mati pada periode awal. Hal ini merugikan karena menurunkan jumlah ayam siap panen,” ungkapnya.
Selama ini, peternakan menggunakan pemanas berbasis gas LPG dan listrik. Meskipun membantu, kedua jenis pemanas ini memiliki sejumlah kendala. Pemanas gas berisiko menimbulkan kebocoran dan kebakaran, serta sangat bergantung pada ketersediaan pasokan LPG. Sementara pemanas listrik membutuhkan biaya operasional yang tinggi dan tidak selalu stabil di pedesaan.
Biobriket Sawit Sebagai Solusi
Melihat kondisi tersebut, tim dosen Polsri menghadirkan solusi berupa pemanas berbasis biobriket dari limbah cangkang kelapa sawit. Limbah sawit ini sangat melimpah di Kabupaten Siak sebagai daerah perkebunan, namun selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Proses pembuatan biobriket dilakukan dengan mengumpulkan cangkang sawit, kemudian melalui tahapan pencampuran, pencetakan, dan pengeringan hingga menjadi bahan bakar padat siap pakai. Biobriket memiliki nilai kalor tinggi, kadar abu rendah, lebih ramah lingkungan, serta biaya lebih murah dibanding LPG maupun listrik.
Tim juga merancang alat pemanas DOC berbasis biobriket yang mampu mendistribusikan panas secara merata dan stabil di dalam kandang. Dengan desain tabung pembakaran tertutup yang dilengkapi ventilasi serta laci abu, alat ini mudah dioperasikan, aman, dan efisien.
Penurunan Tingkat Kematian dan Peningkatan Produksi
Penerapan alat pemanas DOC berbasis biobriket ini terbukti memberikan hasil nyata bagi peternakan mitra. Berdasarkan data awal, tingkat kematian anak ayam yang sebelumnya mencapai rata-rata 17 ekor per hari pada minggu pertama, berhasil ditekan hingga di bawah 10 ekor per hari setelah penggunaan biobriket. Artinya, pemanas alternatif ini berhasil menurunkan angka kematian DOC secara signifikan.
Selain itu, jumlah produksi ayam broiler yang siap panen meningkat sekitar 10–20 persen. Peningkatan ini dicapai berkat kondisi suhu kandang yang lebih stabil dan biaya pemanas yang lebih hemat. “Kami melihat perbedaan nyata. Ayam lebih sehat, pertumbuhan lebih cepat, dan biaya operasional juga turun,” kata Joko Susilo.
Dari sisi efisiensi, penggunaan biobriket jauh lebih menguntungkan dibandingkan gas dan listrik. Dengan bahan baku lokal yang murah dan mudah didapat, peternak tidak perlu khawatir terhadap fluktuasi harga LPG atau tarif listrik.
Aspek Manajemen dan Kelembagaan
Tidak hanya menghadirkan inovasi teknologi, tim dosen Polsri juga mendorong perbaikan di sisi manajemen usaha. Peternakan di Desa Lubuk Tilan sebagian besar masih berstatus usaha pribadi tanpa legalitas resmi. Hal ini membuat peternak sulit mendapatkan akses bantuan, pelatihan, maupun perlindungan tenaga kerja.
Melalui program ini, tim memberikan edukasi tentang pentingnya penataan organisasi dan legalitas usaha. Dengan mendaftarkan izin usaha resmi, peternak dapat memperoleh peluang lebih besar untuk berkembang, termasuk akses program pemerintah, pelatihan, serta dukungan pembiayaan. Selain itu, legalitas usaha juga memastikan karyawan peternakan mendapatkan hak-hak dasar seperti BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Pentingnya Sanitasi dan Hygiene
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kebersihan kandang dan lingkungan kerja. Tim dosen Polsri menekankan bahwa sanitasi dan hygiene merupakan kunci keberhasilan peternakan. Karyawan diberikan pelatihan mengenai cara menjaga kebersihan kandang, penanganan kotoran ayam, serta pemanfaatannya sebagai pupuk kompos.
“Kami ingin peternak tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan kesehatan pekerja. Sanitasi yang baik akan mengurangi risiko penyakit, menjaga kualitas ayam, dan meningkatkan kesejahteraan karyawan,” jelas Meyci Trisna.
Pelatihan dan Pendampingan Berkelanjutan
Program PKM ini tidak hanya berfokus pada penyediaan dan pemasangan alat pemanas, tetapi juga memberikan perhatian besar pada peningkatan kapasitas peternak dan karyawan. Tim dosen Polsri menyelenggarakan berbagai pelatihan serta pendampingan intensif yang membekali mitra dengan keterampilan teknis maupun manajerial. Setiap peserta juga memperoleh booklet panduan berisi materi mengenai sanitasi dan hygiene, manajemen peternakan ayam, hingga cara penggunaan dan perawatan alat pemanas biobriket. Dengan bekal ini, teknologi yang diperkenalkan dapat dioperasikan secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk menjamin efektivitasnya, tim akan melakukan evaluasi rutin pada setiap siklus panen, sehingga manfaat program dapat terus dirasakan dan dikembangkan di masa depan.
Dampak dan Harapan ke Depan
Program ini membawa dampak positif tidak hanya bagi peternak mitra, tetapi juga masyarakat desa secara luas. Dengan memanfaatkan limbah sawit menjadi sumber energi, kegiatan ini berkontribusi pada pengurangan limbah perkebunan, peningkatan efisiensi energi, serta penguatan ekonomi lokal.
Menurut Toni Okviyanto, ke depan program ini bisa diperluas ke lebih banyak peternakan di Siak dan sekitarnya. “Kami berharap inovasi ini menjadi teknologi tepat guna yang dapat direplikasi oleh peternak lain. Dengan begitu, bukan hanya produksi ayam yang meningkat, tetapi juga tercipta model usaha yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Kegiatan ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada aspek energi bersih dan terjangkau, kehidupan sehat dan sejahtera, serta kerja layak dan pertumbuhan ekonomi.
Bagi Bapak Joko Susilo dan karyawannya, inovasi ini menjadi angin segar. “Kami sangat terbantu dengan adanya pemanas biobriket ini. Kematian anak ayam bisa ditekan, produksi meningkat, biaya lebih hemat, dan usaha kami semakin tertata. Semoga teknologi ini bisa terus berkembang,” tutupnya.
(Yanuardi Syukur/EDITOR/ERABARU.ID)

Komentar