Calon Rektor Universitas Hasanuddin (UNHAS) untuk periode 2026–2030, Prof. Muhammad Iqbal Djawad, mengusung visi revolusioner untuk menjadikan UNHAS sebagai kampus mandiri dan pusat inovasi global di kawasan timur Indonesia. Ia mengusung gagasan “Unhas, Point of No Return”
Dalam pandangannya, Iqbal mendorong hilirisasi riset. Bukan sekadar produk saja, tetapi juga tentang menciptakan pengetahuan baru yang dapat menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Hilirisasi itu bukan hanya menghasilkan uang, tapi bagaimana kita menciptakan ekosistem pengetahuan yang bisa menggerakkan ekonomi secara lebih luas,” ujar Iqbal.
Iqbal membayangkan setiap fakultas di UNHAS dapat memiliki satu spin-off yang lahir dari riset dosen dan mahasiswa. Contohnya, Fakultas Teknik bisa menghasilkan startup teknologi yang bisa jadi solusi di masyarakat. Fakultas Farmasi mengembangkan produk berbasis biodiversitas tropis, Fakultas Perikanan menciptakan teknologi untuk budidaya udang, dan Fakultas Kehutanan mengembangkan material bioplastik dari limbah organik.
“Ini adalah kemandirian inovasi. Setiap produk yang dihasilkan bukan hanya akan membawa nama baik universitas, tetapi juga membuka lapangan kerja baru,” lanjut Iqbal, yang menambahkan bahwa UNHAS harus mampu berdiri di atas kekuatan ilmiahnya sendiri, tanpa terus bergantung pada anggaran pemerintah.
Namun, untuk mewujudkan visi tersebut, Iqbal menegaskan pentingnya perubahan dalam struktur kelembagaan dan pemberian insentif kepada dosen dan mahasiswa yang berinovasi. “Dosen yang berhasil menciptakan paten atau produk inovatif harus mendapat penghargaan setara, bahkan lebih, dibandingkan publikasi ilmiah,” jelasnya.
Iqbal juga memaparkan pengalaman pembelajaran yang memandu mahasiswa untuk berpikir kritis, bekerja lintas disiplin, dan menghasilkan solusi yang relevan dengan tantangan global.
Model pembelajaran seperti project-based learning, problem-based learning, dan co-creation with industry akan menjadi bagian utama kurikulum UNHAS.
Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengembangkan solusi praktis bersama industri, seperti pengembangan sensor kualitas air dengan laboratorium industri atau perancangan infrastruktur tangguh bersama pemerintah daerah.
Iqbal yakin pendekatan ini akan mencetak lulusan dengan profil hybrid, yang tidak hanya akademisi, tetapi juga inovator, data scientist, entrepreneur sosial, dan policy designer. “Lulusan UNHAS akan siap menghadapi dunia kerja yang menuntut fleksibilitas dan kreativitas tinggi,” tegas Iqbal.

Komentar