Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal istilah “Empat Sehat 5 Sempurna”. Slogan ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Poorwo Soedarmo pada tahun 1950-an. Konsep ini menyebutkan bahwa makanan sehat secara ideal terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur mayur, buah-buahan, dan susu sebagai penyempurna. Dalam konsep ini juga bertujuan untuk memastikan masyarakat mengonsumsi makanan yang memiliki gizi lengkap, seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.
Dalam konteks pengelolaan zakat, ada hal yang agak mirip. Sebuah lembaga zakat disebut sehat bila ia mampu mengelola zakat dengan baik, dan mampu memenuhi minimal 3A, yakni “Aman Syar’i, Aman Regulasi, dan Aman NKRI. Sebagian amil lain, ada yang menyebut 3A Plus.
Aman Syar’i merujuk pada ketentuan dan nilai-nilai syariat Islam. Aman Regulasi adalah kepatuhan pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan aman NKRI bermakna bahwa pengelolaan dan penyaluran zakat harus mendukung keutuhan dan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta tidak merugikan negara atau mengganggu keamanan.
Kalau 3A Plus apa makna-nya. 3A Plus adalah Aman 3 yang tadi Plus Aman Motivasi dan Kompetensi serta Aman Operasional lembaga. Aman motivasi dan kompetensi merujuk pada bahwa setiap pengelola zakat yang ingin lembaga-nya sehat, sejak awal harus memastikan bahwa amil-amilnya punya motivasi yang baik, lurus dan sesuai untuk pengelolaan yang zakat yang baik serta pengembangan dan kemajuan-nya di masa depan serta memiliki kompetensi yang sesuai bagi pengelolaan zakat yang profesional dan good governance.
Lembaga zakat yang sehat juga harus memastikan mampu mengelola zakat secara baik dari sisi operasionalnya. Lembaga memiliki kecukupan dana operasional yang sehat. Dari sini para amil dipastikan bisa bekerja dengan tenang karena hak dan kewajiban mereka diperhitungkan dengan baik dan dipenuhi secara adil.
Amil Sehat, Lembaga Kuat
Pertanyaan yang muncul, apakah lembaga pengelola zakat yang mampu menerapkan “3A Plus” dapat dipastikan sehat organisasinya? Juga menyenangkan bagi para amil yang ada di dalamnya? Jawaban-nya belum tentu. Tak ada jaminan ketika 3A Plus di implementasikan lantas amilnya senang dan bahagia.
Untuk menopang lembaga yang kian membesar, dengan tugas-tugas yang makin kompleks serta amil yang kian beragam karakter dan latar belakang-nya, diperlukan keterpaduan pengembangan lembaga. Ibarat manusia, tak cukup seseorang yang sehat itu, hanya berkembang secara fisik dan penampakan semata, ia juga harus bertumbuh secara mental dan kejiwaan, juga kematangan perasaan dan kemampuan respon-nya terhadap perubahan.
Lembaga pengelola zakat yang sehat harus memastikan bahwa lembaga-nya tumbuh proporsional, seimbang dan mampu melakukan regenerasi kepemimpinan-nya secara organik dengan baik. Tanpa banyak drama, damai dan tetap penuh suka cita dalam proses pergantian generasinya. Ini penting untuk menjaga kesinambungan organisasi juga kemajuan yang akan terus dijalankan.
Alhamdulillah, Laznas Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) dalam dua hari ini (rabu dan kamis, 17-18/09) memastikan mengambil posisi untuk mewujudkan “menjaga keseimbangan pertumbuhan organisasi” yang sehat, tangguh, kuat, mandiri dan profesional”. IZI berharap amil-amil-nya sehat secara fisik dan batin. Kuat secara tubuh kasar (raga) dan seimbang mental dan kejiwaan-nya. Juga memastikan mereka mampu menghadapi tekanan, perubahan serta dinamika yang terus terjadi di negeri ini.
Dalam dua hari, seluruh amil IZI di induksi kembali akan motivasi, keyakinan, dan visi hidupnya sebagai amil sehingga mereka semakin sadar diri dan posisi sebagai amil. Mereka juga digembleng dari sisi fisik, agar tak melupakan hak-hak fisik dalam bekerja, yakni untuk menjaga kesehatan, istrihata yang cukup serta menyeimbangkan mental untuk terus merasa bahagia, termasuk ketika melakukan layanan pada para muzaki atau mustahik.
Para amil IZI yang berada di lini layanan muzaki, layanan mustahik, tim operasional serta seluruh lini yang ada, dilebur dalam kegiatan-kegiatan fisik untuk disatukan visi-nya juga dibiasakan membaur dan saling support satu sama lain. Dalam beragam kesibukan dan layanan yang diberikan pada siapapun, sejatinya amil IZI ini adalah satu tubuh. Mereka harus bersatu, menjaga semangat yang sama serta memastikan menjaga marwah dan nama baik IZI serta fokus mensukseskan cita-cita dan tujuan masa depan secara kolektif di lembaga yang bernama IZI.
Terlihat sederhana memang, juga terkesan sebentar. Hanya dua hari. Namun jangan salah, sepanjang tahun, sejak IZI lahir, proses konsolidasi nilai, value serta cita-cita kemajuan lembaga IZI terus digaungkan, serta dipastikan berjalan dalam beragam aktivitas dan saluran pendukung yang sejak awal disiapkan.
Konsistensi IZI Menumbuhkan Sudut Berlian
Bagi kehidupan manusia, berlian adalah sesuatu yang langka dan berharga. Saking langkanya berlian menjadi istimewa. Lebih parahnya, begitu ditemukan, proses pengolahan berlian sangat rumit dan tak mudah dilakukan. Untuk memaksimalkan kilau sebutir berlian, diperlukan kemampuan mengolah berlian agar mampu memantulkan cahaya kembali ke mata dengan tepat. Inilah yang disebut sudut berlian.
“Sudut berlian” umumnya mengacu pada sudut mahkota berlian yang ideal, biasanya antara 32 hingga 36 derajat, yang memengaruhi tampilan kilau dan cemerlang berlian. Sudut mahkota adalah sudut antara bidang sisi bezel dan bidang meja berlian, di mana nilai yang tepat membantu menciptakan pantulan cahaya yang menarik.
Bagi IZI, daya dorong, juga energi dari dalam lembaga IZI tak sekedar membangun sudut segitiga, segi tujuh, segi delapan dan seterusnya, namun bagi IZI harapan-nya ledakan energi, keinginan, juga luapan cita-cita IZI melahirkan “sudut berlian”. Menjadi kombinasi sudut mahkota yang tepat, sehingga mampu secara optimal menghasilkan cahaya yang cemerlang dan kilau kebaikan bagi umat dan bangsa.
Kemajuan IZI, walau sangat rumit untuk disiapkan secara internal justru menjadi tantangan yang sebanding dengan tingkat pengaruh dan kemampuan serta daya tahan dalam membangun kekuatan untuk menginspirasi gerakan zakat dan kedermawanan sosial di negeri ini. Bagi IZI, prestasi (ibarat mahkota) memang penting, namun itu semua tak cukup. Diperlukan juga kemampuan regenerasi kepepimpinan yang baik, yang secara organik mampu memberikan warna dan juga pengaruh bagi dinamika dunia zakat dan filantropi di negeri ini.
Dengan spirit pengorbanan yang kuat dari seluruh amil IZI untuk bersama-sama diproses sehingga “menghasilkan sudut berlian” secara kolektif yang akhirnya mampu memantulkan pelangi cahaya, yang menciptakan kilauan dan api pada berlian. Dengan begitu, siapapun akan memiliki atensi yang sama bahwa berlian ini mahal dan harus terus dijaga dengan baik sepanjang waktu. Nilai-nilai zakat harus ditumbuhkan, bahkan harus menginspirasi kepepimpinan nasional di masa depan.
Pada akhirnya, bagi IZI mengelola zakat, tak cukup melayani muzaki hingga puas dan kembali donasi. Tak cukup juga membantu dan mendorong mustahik agar mandiri dan bahkan menjadi muzaki. Bagi IZI, ada 3 tambahan lain yang jadi tugas mulia IZI, yaitu Pertama, memastikan nilai-nilai zakat menjadi frame bersama dalam memandang hidup dan kehidupan. Kedua, selalu menumbuhkan dan merawat spirit inisiatif dalam seluruh urusan, termasuk dalam mempelopori urusan kebaikan umat dan bangsa. Ketiga, memastikan IZI menjadi bagian sebuah kolaborasi aksi bagi perbaikan dan solusi persoalan yang ada.
Dibawah ini secara singkat rincian tugas mulia IZI yang sejatinya tak mudah untuk direalisasikan :
Pertama, memastikan nilai-nilai zakat menjadi frame bersama dalam memandang hidup dan kehidupan. Kita tahu bersama, bahwa nilai-nilai zakat yang terkandung dalam kata “tumbuh” dan “suci” menunjukkan bahwa zakat berfungsi untuk menumbuhkan dan mengembangkan harta dengan izin Allah SWT serta menyucikan jiwa dari dosa dan keburukan.
Dalam pelaksanaan-nya, zakat diharapkan menghasilkan pahala yang melimpah, menjadikan harta lebih berkah, dan membersihkan jiwa dari sifat kikir serta keburukan lainnya, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103. Dalam makna “Tumbuh” dapat diartikan bahwa pemberian zakat dapat menjadikan harta seorang Muslim tumbuh dan berkembang.
Dalam makna “Suci”, Zakat adalah cara untuk membersihkan jiwa seseorang dari berbagai keburukan, kebatilan, dan dosa. Adapun makna zakat dalam konteks kebenaran dan Kebaikan, Zakat memiliki makna kebaikan dan terpuji karena membersihkan diri dari hal-hal yang negatif.
Dengan spirit ini semua, siapapun dalam ekosistem zakat dalam hidupnya tumbuh spirit yang kuat untuk terus bergerak dengan menjaga kesucian, kebaikan dan kebersihan, termasuk dalam urusan mengelola harta serta memiliki kepedulian tinggi untuk peduli dalam kehidupan, yang didasari nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Ketika spirit zakat ini tumbuh semakin luas dan menciptakan ekosistem-ekosistem baru yang sama, semoga akan menjadi warna kehidupan yang bermanfaat bagi manusia sekitar. Bahkan pada situasi ketika melahirkan pilihan kepemimpinan di berbagai tingkatan kehidupan.
Kedua, selalu menumbuhkan dan merawat spirit inisiatif dalam seluruh urusan, termasuk dalam mempelopori urusan kebaikan umat dan bangsa. Kebaikan laksana energi, memiliki kekekalan dan dapat berpindah dari satu bagian ke bagian lain di alam. Namun, dalam pertumbuhan-nya, kebaikan ibarat proses tanaman dalam tanah, memerlukan keberanian awal untuk menumbuhkan tunas terlebih dahulu.
Zakat sebagai instrumen keimanan sekaligus kepedulian, dalam aksi-aksi nyata ternyata masih memerlukan inisiatif awal untuk menumbuhkan gerakan yang lebih konkret dan melibatkan banyak pihak. Di sinilah diperlukan spirit inisiatif untuk terus memelopori gerakan zakat berbuat sistematis dan terpadu dalam ikhtiarnya mewujudkan kesejahteraan bagi kaum dhuafa.Termasuk pula perlu ada inisiatif strategis yang mampu mengubah mindset (pola pikir) masyarakat, terutama para mustahik agar tidak terus menerus merasa nyaman ketika diberi. Tapi sebaliknya, ia harus punya semangat untuk memberi pada orang lain yang membutuhkan.
Ketiga, memastikan IZI menjadi bagian sebuah kolaborasi aksi bagi perbaikan dan solusi persoalan yang ada. Saat ini, kita tahu bahwa potensi zakat tidak hanya berfungsi sebagai instrumen ibadah semata, tetapi juga memiliki kekuatan strategis sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, terutama bagi para mustahik yang membutuhkan dukungan nyata untuk bangkit secara mandiri.
Zakat dalam posisinya juga menjadi solusi konkret dalam pemberdayaan ekonomi umat. Ketika zakat dikelola secara profesional dan disalurkan secara tepat sasaran, maka akan lahir masyarakat yang lebih sejahtera dan berdaya.
Dalam mewujudkan zakat sebagai bagian dari skema pengurang kemiskinan juga redistribusi kekayaan di masyarakat, diperlukan langkah strategis dalam balutan spirit kolaboratif yang kuat. Hal ini, karena skenario-nya cukup kompleks, karena bukan hanya akan melakukan aksi nyata dalam mengurangi kesenjangan sosial secara terpadu, namun juga diperlukan visi besar yang sama dalam membangun dan mengawal peradaban zakat.
Dalam tahap menuju peradaban zakat, diperlukan skenario agar zakat dapat terus mampu memberi dampak positif dan terasa secara langsung oleh masyarakat, terutama golongan mustahik dan masyarakat dhuafa di negeri ini. Saat yang sama, dampak positif ini juga harus luas dan terukur di berbagai level, bukan hanya sebatas angka. Dalam implementasinya, diperlukan juga pengelolaan zakat yang transparan, sehingga melahirkan kepercayaan yang kuat dari semua pihak, baik dari muzaki dan publik secara umum.
Di titik inilah, IZI terus aktif mengambil posisi strategis untuk menjadi bagian kolaborasi aktif dalam melahirkan aksi nyata bagi kebaikan zakat di negeri ini. Dengan cara pandang positif, IZI juga menjaga agar setiap ekosistem mampu bergerak dinamis dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan zakat secara bersama-sama.
Bagi IZI kewajiban-kewajiban yang mulia ini bukan saja tugas para pimpinan dan manajemen organisasinya, namun justru menjadi kewajiban dan cita-cita besar seluruh komponen dan SDM yang ada. Tulangpunggung lembaga IZI bukan hanya direksi atau para GM dan Manajer. Organisasi IZI dan kekuatan-nya adalah seluruh SDM yang saat ini ada dan menjadi penopang dan juga modal dasar yang menggerakan IZI menuju kemajuan bersama di masa depan.
Jadi, kemah, olahraga, pelatihan dan wisata serta family gathering bagi IZI hanyalah penguat bangunan IZI yang terus diperbesar dan diperkuat sehingga bukan hanya menjadi rumah bersama bagi para amil IZI, namun menjadi cita-cita bersama dalam mewujudkan peradaban zakat di nusantara, juga nantinya di kawasan dan dunia.
Semoga amil IZI sehat, lembaga makin kuat. Amil IZI kompeten, IZI makin profesional dan maju ke depan. Amil IZI amanah, Insyaallah IZI makin berkah dan tanpa masalah.
*). Ditulis Rabu malam, 17 September 2025 dalam suasana “Pelatihan Kepemimpinan Da’i IZI” di Cibalung, Cijeruk, Kabupaten Bogor.
Nana Sudiana (Direktur Akademizi)

Komentar