Tenaga medis yang kembali dari Gaza mengatakan Israel dengan sengaja menargetkan anak-anak dengan tembakan sniper dan drone, lapor surat kabar Belanda.
Dokter asing yang menjadi relawan di Gaza mengatakan mereka telah merawat lebih dari 100 anak yang ditembak di kepala atau dada—bukti jelas, menurut mereka, bahwa Israel secara sengaja menargetkan anak-anak.
Dalam kesaksian yang dikumpulkan harian Belanda Volkskrant, 15 dari 17 dokter melaporkan menemui anak-anak di bawah usia 15 tahun dengan luka tembak tunggal di kepala atau dada. Secara keseluruhan, mereka mencatat 114 kasus semacam itu selama bertugas di Gaza. Banyak anak meninggal, sementara lainnya selamat dengan cedera yang menghancurkan hidup mereka.
“Ini bukan baku tembak. Ini adalah kejahatan perang,” kata Mimi Syed, dokter darurat asal AS, kepada Volkskrant. Ia mendokumentasikan 18 anak yang ditembak di kepala atau dada.
Ahli bedah trauma asal California, Feroze Sidhwa, mengatakan awalnya ia mengira kasus-kasus itu terisolasi, sampai ia menemukan beberapa anak laki-laki di satu rumah sakit yang semuanya ditembak tepat di kepala. Setelah membandingkan catatan dengan dokter internasional lain, ia menyadari bahwa ini meluas. “Ini tembakan terarah. Ada seseorang yang menarik pelatuk ke arah seorang anak,” ujarnya.
Ahli forensik yang dikonsultasikan Volkskrant meninjau hasil rontgen dan mengonfirmasi luka tersebut konsisten dengan tembakan jarak jauh dari sniper atau drone, bukan serpihan ledakan. Mantan komandan angkatan darat Belanda, Mart de Kruif, mengatakan banyaknya kasus anak tertembak di kepala atau dada membuat klaim “kecelakaan” tak masuk akal. “Ini bukan kerusakan sampingan. Ini disengaja,” katanya.
‘Menargetkan anak-anak secara sengaja’
Ini bukan pertama kalinya investigasi menemukan Israel secara sengaja menargetkan anak-anak.
Pada Agustus lalu, BBC World Service mengungkap lebih dari 160 kasus anak-anak Gaza ditembak pasukan Israel. Dalam 95 kasus, anak-anak terkena tembakan di kepala atau dada—cedera yang, kata dokter, nyaris tak menyisakan keraguan bahwa mereka memang jadi target.
Sebagian besar korban berusia di bawah 12 tahun, menurut temuan BBC. Insiden ini terjadi sejak minggu-minggu awal perang pada Oktober 2023 hingga Juli tahun ini.
Militer Israel membantah bahwa mereka sengaja menargetkan anak-anak.
Namun, dalam laporan yang dirilis Desember lalu berjudul Generation Wiped Out: Gaza’s Children in the Crosshairs of Genocide, Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR) menyatakan Israel melakukan genosida terhadap anak-anak Gaza.
Kelompok itu mengatakan Israel dengan sengaja membunuh anak-anak, menimbulkan kerusakan fisik dan mental berat, serta memaksa mereka hidup dalam kondisi yang ditujukan untuk menghancurkan mereka.
Raji Sourani, Direktur PCHR, mengatakan taktik Israel membuat anak-anak menjadi mayoritas korban. “Serangan pasukan pendudukan Israel dengan sengajaa menargetkan anak-anak dengan membombardir kawasan perumahan dan tempat perlindungan, sehingga anak-anak menjadi mayoritas korban jiwa,” katanya.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, hampir 20.000 anak telah dibunuh Israel sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Rata-rata 28 anak terbunuh setiap hari di Gaza akibat operasi militer Israel serta pembatasannya terhadap bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Setidaknya 21.000 anak menjadi penyandang disabilitas selama perang, lapor Komite PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas pada September. II Al Jazeera

Komentar