Ketua KPIPA, Nurjanah Hulwani, mengikuti aksi bersama aktivis Indonesia Salman Al-Farisi dari MINDA, Maryam Rachmayani yang mewakili Adara dan ARI BP, serta Indah Kurniati dari Adara. Mereka hanya bisa menunggu di hotel Kairo sebelum akhirnya pulang ke tanah air. Rombongan diperintahkan untuk tetap di hotel hingga mendapat izin keluar.
“Hari kedua di Mesir, tanggal 13 Juni 2025, para aktivis yang sudah ada di Mesir berencana untuk berkumpul di Ismailiyah. Maka, saya dan rombongan berencana untuk bergerak ke Ismailiyah. Namun, aktivis lain yang belum sampai di sana sudah dihadang polisi Mesir di Distrik 10 Ramadhan, sebuah wilayah antara Kairo dan Ismailiyah,” tuturnya.
Nurjanah menyebut, sebagian dari mereka ditahan dan sebagian dipaksa masuk bus menuju bandara untuk dipulangkan ke negaranya masing-masing. Paspor mereka pun disita aparat dan hanya bisa diambil di bandara Kairo.
“Saya dan rombongan yang merencanakan perjalanan ke Ismailiyah pada hari Sabtu setelah subuh (14/6/25), terpaksa menunda perjalanan karena kami mendapat arahan dari panitia untuk kembali ke hotel. Menurut mereka, keselamatan kami lebih utama,” imbuhnya.
Namun demikian, kata Nurjanah, belum berhasilnya aktivis bela Palestina berkumpul bersama-sama di depan pintu Rafah bukanlah akhir dari perjuangan.
“Bisa jadi ini ujian kesabaran untuk terus menyuarakan pembelaan pada Palestina di negara masing-masing. Insya Allah, akan datang saatnya kita bisa bersama-sama membuka blokade dan menghentikan genosida di Gaza secara permanen atas izin Allah,” pungkasnya.
Untuk menyemangati peserta aksi, panitia penyelenggara mengatakan bahwa mereka tidak sendiri.
“Puluhan ribu orang bergabung dengan saluran-saluran Telegram kita, dan jutaan manusia di seluruh dunia sedang menonton—berharap, berdoa, dan mempercayai apa yang sedang kita bangun bersama. Ini bukanlah sebuah peristiwa biasa. Ini adalah sebuah aksi global melawan keheningan dan keterlibatan, yang tercermin bukan hanya pada kehadiran kita di Mesir tetapi di lebih dari 50 aksi solidaritas terkoordinasi di kota-kota dan komunitas-komunitas di seluruh dunia.” Demikian isi pemberitahuan panitia yang disampaikan kepada peserta aksi.
“Global March to Gaza bukanlah acara yang berlangsung selama 8 hari. Ini adalah gerakan yang tumbuh dan hidup dan bagian dari perjuangan panjang dan gigih untuk melindungi hidup, kebebasan, dan martabat Palestina. Apa yang kita mulai bersama hanyalah sebuah awal. Meskipun jalan di depan akan mengambil banyak bentuk, kami sangat berkomitmen untuk bergerak ke depan secara kolektif, strategis, dan dengan keberanian. Bersama-sama, kami akan melalui setiap jalan untuk mengakhiri kekejian-kekejian di Palestina dan untuk membangun masa depan yang berakar pada keadilan, kebebasan, dan cinta,” tambahnya.
(Yons Achmad/editor/erabaru.id)

Komentar