Kolom
Beranda » Manuver Ciamik Projo

Manuver Ciamik Projo

Sebagai organisasi relawan dalam bentuk Ormas, Projo (Pro Jokowi) punya capaian yang menggembirakan bagi pegiatnya. Salah satunya,  Budi Arie Setiadi selaku pendiri sekaligus ketua umumnya, Ia mewakili Projo akhirnya bisa menduduki jabatan yang cukup mentereng. Mulai dari Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, lalu menjadi Menteri Komunikasi Era Jokowi. Kemudian, peruntungan lain menjadi Menteri Koperasi diperoleh era pemerintahan Prabowo-Gibran, sayang tak lama. Ia kena reshuffle dan kini kembali menjadi “pengangguran politik”.

Maka, manuver-manuver kembali dijalankan.

Orang memang boleh-boleh saja menganggap remeh dan memandang sebelah mata sosok Budi Arie ini. Tapi, kalau melihat  rekam jejak aktivisnya, sebenarnya tokoh ini orang lama. Paham seluk belum bagaimana politik di Indonesia ini bekerja. Maka, segala cara dan upaya dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya. Karier politiknya kemudian terbukti memberikan hasil yang lumayan signifikan.

Sejak mahasiswa, ia pernah menjabat sebagai Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FISIP UI serta anggota presidium senat mahasiswa UI. Kemudian, terlibat dalam pendirian Forum Studi Mahasiswa UI (FSM) dan  juga aktif terlibat dalam Kelompok Pembela Mahasiswa (KPM) UI. Di bidang jurnalistik, Dirinya pernah menjadi pemimpin redaksi majalah mahasiswa UI, Suara Mahasiswa.

Saat reformasi bergejolak 1998, ia menginisiasi dan mendirikan surat kabar yang kritis, “BERGERAK” pada tahun 1998. Bersama wartawan Tempo yang baru saja dibredel, ia aktif mengelola mingguan Media Indonesia. Selanjutnya bersama beberapa seniornya ia ikut menjadi bagian awal dari berdirinya Mingguan Ekonomi Kontan. Ia pun berkarier menjadi jurnalis.

Sementara, karier politiknya dimulai dengan bergabung PDIP. Sayang belum begitu moncer. Kemudian, ia terus mengupayakan diri. Salah satunya, mendirikan Projo yang diklaim sebagai kelompok relawan darat terbesar pendukung Joko Widodo. Kiprah Projo awalnya berfokus pada penggalangan dukungan rakyat, penyebaran visi dan program kerja Jokowi, serta menjaga citra sang tokoh. Setelah Jokowi terpilih, Projo tidak hanya berperan dalam advokasi pemerintahan Jokowi, terus membela kepentingan-kepentingan politik Jokowi, tapi juga membangun basis yang kuat di akar rumput.

Selama Jokowi berkuasa, Projo tentu menikmati remah-remah istana. Tapi ibarat pepatah, semua pesta bakal usai.  Kini, Budi Arie dengan Projonya  terlihat kehilangan “Kuasa” dan “Panggung” di era pemerintahan Prabowo-Gibran. Salah satu sosok (ikon) pendirinya tersingkir dari kekuasaan. Tak mau kehilangan arah, mereka menghadap Jokowi. Mungkin berharap Projo berubah menjadi partai politik. Sayang seribu sayang, rencana itu tak mulus seperti biasanya.

Tampaknya, kini Projo sedang begitu sibuk mencari cantolan dan “Majikan Baru”. Kabar terdekat, mau bergabung dengan Partai Gerindra dan mendukung sepenuhnya kepemimpinan Prabowo dua periode. Sebuah keputusan yang jauh hari sudah diputuskan. Ibarat perjudian, mereka sudah berani “Bertaruh diawal”.  Sebuah keputusan dini yang tak semua sosok, relawan dan partai berani memutuskannya. Apakah manuver ini berhasil? Waktu yang menjawabnya.

(Yons Achmad. Kolumnis, tinggal di Depok)

Berita Terkait

Berita Terbaru

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *