Di langit lembaga zakat, ada dua sayap yang mestinya mengepak bersama: penghimpunan dan penyaluran. Namun, terkadang – ditemukan fenomena bahwa satu sayap dibuat berkilau, diberi tenaga, dibanggakan di hadapan dunia. Sayap lainnya dibiarkan pucat, bergerak secukupnya, seakan tak perlu bertenaga.
Petugas penghimpunan dipacu angka, disiram fasilitas, dipuji bak pahlawan. Di ruang lain, petugas program menunduk menunggu jadwal pentasharufan, bekerja dalam sunyi, menjemput mustahik yang tak pernah masuk rapat prestasi. “Penyaluran itu mudah,” kata seorang pengurus di salah satu lembaga zakat, seolah menaruh mutiara di lumpur, tak melihat kilaunya.
Padahal, di ujung penyaluran ada tetes air mata yang terhapus, ada harapan yang disulam kembali, ada martabat yang ditegakkan. Penyaluran bukan sekadar mengalirkan dana, tapi menyalakan kembali cahaya hidup. Pendistribusian dan pendayagunaan juga membutuhkan strategi yang disusun dan dijalankan oleh orang yang berkompeten – tentu saja Profesional.
Jika satu sayap dibanggakan dan yang lain diremehkan, burung itu tak akan terbang tinggi. Ia hanya akan berputar di lingkar yang sama, lelah namun tak sampai ke tujuan. Zakat bukan hanya tentang menghimpun amanah, tapi juga mengantarkannya dengan kehormatan.
Rano Karno Bilal. Pegiat Zakat.

Komentar