Oase
Beranda » Permudah Bukan Persusah

Permudah Bukan Persusah

Orang yang lagi susah, biasanya mudah marah. Kena sentil sedikit baperan, kena sindir sedikit marah. Konon, memang tahun ini perekonomian lagi susah. Faktanya memang begitu. Hanya, ilmu sebagai “pebisnis” yang saya dapat dari pengalaman, memberikan sedikit kedewasaan. Pikiran semacam ini harus dihilangkan. Pikiran mesti dikemas dengan nada harapan, bukan pikiran buruk keadaan. Dengan begitu, peluang-peluang tetap bisa kita ciptakan untuk membalik keadaan.

Saya teringat akan sebuah Hadis dari Nabi Muhammad SAW, “Yassiru wa laa tu’assiru” (Permudahlah, jangan mempersulit). Bahkan, dalam beragama, dalam beribadah, dalam berIslam, sejatinya juga begitu. Untuk bisa menjadi seorang muslim yang baik, permudah saja, jangan persusah, jangan persulit.

Rasa-rasanya, boleh juga diterapkan dalam keseharian. Saat naik ojol misalnya, terlepas dari baik atau buruk Sang Driver, saya selalu kasih full bintang lima. Sejak pertama menggunakan jasa gojek atau Grabcar saya selalu kasih bintang lima kepada mereka. Alasannya itu tadi, permudah bukan persusah. Jangan sekali-kali hambat rezeki orang lain.

Sebagai orang komunikasi, memang sedikit dilema. Terpaan pembelajaran teori-teori komunikasi, khususnya komunikasi personal, saya bisa membaca mana orang-orang yang benar-benar tulus. Dari cara berjabat tangan, caranya tersenyum, dari pandangan mata bahkan dari caranya dia berkomentar baik lisan maupun tulisan.

Dengan begitu, saya mudah saja bisa mengenali “Toxic people”,  istilah yang merujuk pada individu yang memiliki perilaku atau sikap yang negatif dan merugikan orang lain, baik secara emosional maupun psikologis. Kemampuan membaca demikian, secara “ilmu” tetap saya biarkan menjadi khazanah, tetapi dalam keseharian, tidak saya praktikkan.

Kenapa? “ilmu” yang kita punyai, sudah pasti tidak sepenuhnya 100% benar, 100% presisi. Itu sebabnya, dalam kamus keseharian saya, tidak ada orang “Toxic”.  Kalaupun itu melekat atau dilekatkan pada seseorang, saya akan biarkan, posisikan netral. Saya melihat demikian, karena biasanya label “Toxic” dilekatkan pada kasus tertentu seseorang. Kita bisa ke luar dari label ini, ketika berhasil memahami konteks kasus-kasus yang sedang dibicarakan, kita bisa menjadi manusia yang lebih obyektif.

Proses-proses membalik pemikiran ini saya pelajari lama, proses untuk bisa demikian lama sekali. Sebuah proses yang boleh dibilang “Transformasi Kesadaran”. Bagaimana kita melihat segala sesuatu dengan kacamata yang lebih produktif dan menyenangkan. Kalau kita bisa menjalankan demikian, sependek pengalaman saya, hidup menjadi tenang dan menyenangkan. Tak terganggu faktor luar,  misalnya sifat orang, karena kita fokus pada pikiran asyik kita.

Praktik paling berharganya itu tadi, permudah, jangan persusah. Orang sering bilang,  adalah hukum alam  kalau kita tebar kebaikan, yang akan kita dapat adalah kebaikan. Nyatanya tak selalu begitu. Nyatanya, Nabi juga lakukan kebaikan, tapi tetap saja dimusuhi. Itu sebabnya, saya coba melakukan ya karena ini perintah Allah saja. Itu saja, bukan karena faktor lain.  Memang, ini tantangan besar, terutama bagi mereka yang punya “akses”, baik kekuasaan, jabatan atau ilmu tertentu.

Saya sering dapati orang yang benar-benar bertanya. Lama tak ada yang menjawab. Kemudian, ada seseorang dengan jiwa “Permudah bukan Persusah”, memberikan jawaban, informasi yang cukup memadai pada orang itu. Ya karena memang sosok itu diberikan “kekayaan” atas “akses” informasi itu. Hasilnya, jalan hidup orang itu menjadi mudah.

Begitulah, untuk bisa menjalankan laku hidup demikian, teorinya mudah , praktiknya tidak begitu (rada susah). Kadang kita punya “akses” tapi sengaja tak kita berikan pada seseorang, karena semata-mata kita tak suka pada orang itu. Inilah tantangan ketulusan hati kita untuk sesama. Saya pribadi masih tetap terus belajar untuk bisa menjalankannya. Semua demi kebaikan hidup pribadi, syukur-syukur bisa bermanfaat untuk kebaikan bersama.

Yons Achmad. Kolumnis, tinggal di Depok.

Berita Terkait

Berita Terbaru

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *