Oase
Beranda » Kick Andy dan Buku

Kick Andy dan Buku

Pada 2006, sebagai Manager Current Affairs Metro TV saya diserahi tanggung jawab mengelola Kick Andy. Ini tanggung jawab besar yang dalam bayangan saya harus sukses menunaikannya. Kenapa? Ini program membawa nama orang, nama host. Kalau gagal, ‘selesai’-lah orang tersebut.

Saya kemudian membentuk tiga tim produksi. Satu tim melaksanakan tapping program on air. Satu tim bertanggung jawab mengelola off air pada saat tapping. Satu lagi memikirkan dan merencanakan tema dan tapping pekan berikutnya. Selebihnya, kita gencar berpromosi melalui semacam Kick Andy Goes to Campus.

Kick Andy sukses dari segi rating maupun iklan komersial. Kick Andy mendapat ganjaran sebagai program terbaik versi rating kualitatif yang digagas sejumlah akademisi tiga tahun berturut-turut.

Sukses Kick Andy membawa kami tim current affairs menjajaki siapa lagi host Metro TV yang layak membawa program dengan namanya. Penjajakan jatuh ke Najwa Shihab hingga lahirlah Mata Najwa. Manajemen program Mata Najwa bisa disebut “plek ketiplek” meniru Kick Andy.

Mata Najwa sukses. Saya menikmati kesuksesannya dari sebelah, ketika saya diberi tanggung jawab menjadi Direktur Pemberitaan Media Indonesia.

Setelah saya ke Media Indonesia, host Kick Andy berkepala plontos sampai sekarang. Saya menjadi manager Kick Andy semasa hostnya berambut kribo.

Ada dua hal menarik dari program Kick Andy: buku dan lagu Indonesia Raya.

Sebelum tapping dimulai, kita semua menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya tidak pernah melewatkannya. Untung lagu Indonesia Raya dinyatakan milik publik sehingga tidak perlu bayar royalti.

Kick Andy di akhir acara selalu membagikan buku kepada penonton di studio yang jumlahnya 400 orang dan 100 penonton di rumah. Kick Andy membeli buku-buku itu. Bila pemerintah Norwegia membeli 1.000 eksemplar setiap buku yang baru diterbitkan, Kick Andy sudah berperan seperti negara.

Banyak penerbit mengirim buku ke Kick Andy, tentunya dengan harapan program lokomotif Metro TV ini membeli 500 eksemplar dan membagikannya. Lumayan, selain dibeli, juga dapat promosi gratis karena host pasti akan memperlihatkan buku yang dibagi di akhir acara.

Omong-omong, Kick Andy pernah membagikan kepada penonton buku yang saya tulis berjudul “Medan Pasang Surut Kota Perkebunan” pada 2020.

Kick Andy identik dengan buku. Wawancara Kick Andy dengan Habibie, Wiranto, dan Prabowo dibukukan. Profil Andy Noya sendiri dibuatkan buku biografi.

Ketika saya menulis novel “Bara Kata di Toko Buku Terakhir”, saya langsung teringat Kick Andy dan Andy Noya. Saya kirim lewat Whattsapp foto sampul novel itu. Bang Andy merespons, “Om Usman, aku pesan lima.”

Kali ini saya tidak bisa berharap Kick Andy membeli banyak novel saya itu dan membagikannya kepada penonton tersebab program ini tidak lagi membagikan buku, juga ia sudah tidak bisa kita tonton lagi di layar televisi Metro TV. Saya mendengar kabar, Kick Andy bakal tayang di YouTube Metro TV.

Namun, saya gembira tak tertarakan Andy Noya memesan novel saya dan mengirimkan foto diri sedang memegangnya . Terima kasih, Bang Andy.

Usman Kasong.

Berita Terkait

Berita Terbaru

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *